Categories
Bisnis

Rupiah Perkasa Jelang Akhir Pekan, Dipatok 15.626 per USD

petbody.us, Jakarta Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat jelang akhir pekan. Penguatan rupee dipengaruhi pernyataan lugas pimpinan bank sentral AS atau The Fed soal penurunan suku bunga acuan atau federal fund rate (FFR).

Pada awal perdagangan Jumat pagi, rupee dibuka 29 poin atau 0,18 persen ke level 15.626 per dolar AS dari sebelumnya 15.655 per dolar AS. Rupee diperkirakan akan menguat terhadap dolar AS yang terus melemah menyusul pernyataan dovish Powell, kata analis mata uang Lukman Leong, seperti dikutip Antara, Jumat (03/08/2024).

Namun, kenaikan rupee akan terbatas karena investor masih menunggu data utama payrolls AS (NFP) malam ini. NFP diperkirakan akan menambah 200.000 lapangan kerja, Powell mengatakan mereka hampir memangkas suku bunga.

Lukman memperkirakan nilai tukar rupiah berkisar antara Rp15.600 terhadap dolar AS hingga Rp15.700 terhadap dolar AS. Nilai tukar rupee kemarin

Pada Kamis (3/7/2024), rupee dibuka 40 poin atau 0,25% pada level 15.655 terhadap dolar AS dibandingkan perdagangan sebelumnya pada level 15.705 terhadap dolar AS.

“Dolar AS nampaknya melemah terhadap mata uang utama dunia dan emerging market. Dolar AS kemungkinan melemah terhadap rupee hari ini,” kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra dikutip Antara.

Ariston mengatakan, pernyataan Presiden Bank Sentral AS atau The Fed, Jerome Powell tadi malam di hadapan Komite Keuangan DPR, yang mengisyaratkan kemungkinan penurunan suku bunga acuan AS tahun ini, memberikan dampak negatif. sentimen terhadap dolar AS.

Lebih lanjut, menurut ADP swasta, data ketenagakerjaan AS pada Februari 2024 menunjukkan pelemahan yang turut berkontribusi terhadap melemahnya dolar AS.

Di sisi lain, sentimen positif terhadap rupee juga bisa datang dari mitra dagang utamanya, Tiongkok, yang akan melaporkan neraca perdagangannya dengan surplus yang bisa melebihi bulan sebelumnya.

Sebelumnya, pelaku industri keuangan di seluruh dunia fokus ke Amerika Serikat (AS). Semua orang menantikan tanda-tanda dan rencana penurunan suku bunga ke depan dari Bank Sentral AS atau The Fed, termasuk Indonesia.

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, ada harapan penurunan suku bunga di negara maju, termasuk The Fed.

“Ada harapan suku bunga secara global, khususnya di negara-negara maju, akan mulai turun,” kata Sri Mulyani dalam acara BRI Microfinance Outlook 2024 di Menara Brilian, Jakarta, Kamis (03/07/2024).

Namun, dia tidak membeberkan detail terkait waktu penurunan suku bunga yang dilakukan beberapa bank sentral di negara maju. Saat ini, The Fed dan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) masih melakukan kajian terhadap potensi penurunan suku bunga.

“Dalam pertemuan G20 juga disebutkan bahwa bank sentral seperti The Fed AS dan Eropa akan mencermati data dan fundamental inflasi yang dinilai masih cukup tinggi dan berkelanjutan,” jelasnya.

Oleh karena itu, masyarakat diimbau bersabar menunggu potensi penurunan suku bunga utama oleh The Fed dan Bank Sentral Eropa. Mengingat tingkat inflasi masih menjadi faktor utama penurunan suku bunga.

“Kebijakan suku bunga mereka, suku bunganya mungkin harus menunggu sampai mereka yakin inflasi akan turun,” jelas Sri Mulyani.

Jurnalis: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

Pada periode 26 Februari hingga 1 Maret 2024, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir menguat 0,23% di 7.311. Penguatan IHSG terjadi dalam rangka penjualan saham investor asing sekitar US$235 juta atau sekitar Rp3,68 triliun (asumsi nilai tukar dolar AS terhadap rupiah sekitar 15.701).

Mengutip riset PT Ashmore Asset Management Indonesia Tbk yang ditulis, Minggu (3/3/2024), IHSG melonjak dipimpin oleh sektor saham infrastruktur dan industri yang menguat masing-masing sebesar 2,32% dan 1,12%.

Beberapa data ekonomi global yang dirilis pekan ini, antara lain Personal Consumption Expenditure Index (PCE) Amerika Serikat yang naik 0,4% pada periode hingga Januari 2024. Selain itu, Kanada juga melaporkan kenaikan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,2% pada kuartal keempat 2024. bertahun-tahun. pemulihan dari kontraksi sebelumnya sebesar 0,1% berkat peningkatan ekspor.

Sementara itu, inflasi Jerman turun menjadi 2,5% pada Februari 2024 dari sebelumnya 2,9%. Inflasi Jerman lebih rendah dari perkiraan sebesar 2,6%. Inflasi ini merupakan yang terendah sejak Juni 2021 dan mendekati target Bank Sentral Eropa sebesar 2%. Rendahnya inflasi di Jerman disebabkan oleh perlambatan inflasi pangan dan jatuhnya harga energi.

Di sisi lain, Tiongkok juga menunjukkan data sektor manufaktur yang mengalami kontraksi. Tercatat, PMI manufaktur NBS melemah menjadi 49,1% pada Februari 2024 dari sebelumnya 49,2 sejalan dengan ekspektasi pasar. Tiongkok mencatat kontraksi aktivitas industri yang kelima kalinya akibat dampak penutupan usaha akibat libur Tahun Baru Imlek.

Selanjutnya, India mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 8,4% pada kuartal IV tahun 2024. Pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan yang terkuat sejak kuartal II tahun 2022.

Sementara itu, inflasi Indonesia meningkat menjadi 2,75% pada Februari 2024 dari sebelumnya 2,57%. Inflasi merupakan yang tertinggi sejak November. Inflasi menguat seiring dengan naiknya harga pangan, terutama pada triwulan laporan. Meski demikian, inflasi masih berada dalam target Bank Indonesia sebesar 1,5% hingga 3,5% pada tahun 2024.